Tuesday, 20 February 2018

Langkah Langkah penerapan Metode Qiro'ati

A.      Langkah-Langkah Penerapan Metode Qiroati
Adapun langkah-langkah dalam penerapan metode Qiro’ati meliputi:
1.    Praktis Artinya : langsung (tidak dieja)
Contoh : أَ بَ baca, A-BA (bukan Alif fathah A, Ba fathah BA), dan dibaca pendek. Jangan di baca panjang Aa Baa, atau Aa Ba atau, A Baa
2.    Sederhana
Artinya : kalimat yang dipakai menerangkan diusahakan sederhana asal dapat difahami, cukup memperhatikan bentuk hurufnya saja, jangan menggunakan keterangan yang teoritis/devinitif. Cukup katakan : Perhatikan ini! بَ Bunyinya = BA Cukup katakan : Perhatikan titiknya !. ini BA, ini TA, dan ini TSA. Dalam mengajarkan pelajaran gandeng, jangan mengatakan : “ini huruf didepan, ditengah atau dibelakang”, contohnya seperti : م – مَ / ه – ه Cukup katakan : semua sama bunyinya, bentuknya memang macam-macam
Yang penting dalam mengajarkan Qiroaty adalah bagaimana anak biasa membaca dengan benar. Bukan masalah otak-atik tulisan, oleh karena itu disini tidak diterangkan tentang huruf yang bisa di gandeng dan yang tidak. Sederhana saja!
3.    Sedikit Demi Sedikit, Tidak Menambah Sebelum Bisa Lancar
Mengajar Qiroati tidak boleh terburu-buru, ajarkan sedikit demi sedikit asal benar, jangan menambah pelajaran baru sebelum bisa dengan lancar, bacaan terputus-putus. Guru yang kelewat toleransi terhadap anak degan mengabaikan disiplin petunjuk ini akibatnya akan berantakan, sebab pelajaran yang tertumpuk dibelakang menjadi beban bagi anak, ia justru bingung dan kehilangan gairah belajar. Jika disuruh mengulang dari awal jelas tidak mungkin, ia akan malu, dan akhirnya ia akan enggan pergi belajar. Guru yang disiplin dalam menaikkan pelajaran hasilnya akan menyenangkan anak itu senduiri, semakin tinggi jilidnya semakin senang, karena ia yakin akan kemampuannya, dan insyaallah akan tambah semangat menuntaskan pelajarannya. Disiplin ini memang mengundang reaksi besar baik dari santri maupun dari wali santri, oleh karenanya guru dituntut dapat berpegang teguh, tidak kehilangan cara dengan mengorbankan disiplin tersebut. Disinilah perlu adanya seni mengajar itu.
4.    Merangsang Murid Untuk Saling Berpacu
Setelah kita semua tau mengajarkan Qiroati tidak boleh menambah pelajaran baru sebelum bisa membaca dengan benar dan cepat, maka cara yang tepat adalah menciptakan suasana kompetisi dan persaingan sehat dalam kelas, cara ini insya Allah akan memacu semangat dan mencerdaskan anak. KH. Daahlan telah merintis agar terjadi suasana ini dalam sekolah dengan terbaginya buku Qiroati dalam bentuk berjilid, karena secara otomatis setiap anak naik jilid semangat dan gairah ikut kembali baru pula. Kenaikan kelas sebaikya diadakan beberapa bulan sekali dengan menggunakan standar pencapaian pelajaran Qiroati, karena dengan demikian anak yang tertinggal dalam kelas akan malu dengan sendirinya.
5.    Tidak Menuntun Untuk Membaca
Seorang guru cukup menerangkan dan membaca berulang-ulang pokok bahasan pada setiap babnya sampai anak mampu membaca sendiri tanpa dituntun latihan di bawahnya. Metode ini bertujuan agar anak faham terhadap pelajarannya, tidak sekedar hafal. Karena itu guru ketika mengetes kemampuan anak boleh dengan cara melompat-lompat, tidak urut mengikuti baris tulisan yang ada. Apabila dengan sangat terpaksa guru harus dengan menuntun, maka dibolehkan dalam batas 1 sampai 2 kata saja. Metode ini pada awal dekade 1980 an, oleh kalangan pendidikan dikenal dengan istilah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif).



6.    Waspada Terhadap Bacaan Yang Salah
Anak lupa terhadap pelajaran yang lalu itu soal biasa dan wajar, anak lupa dan guru diam itulah yang tidak wajar. Terlalu sering anak membaca salah saat ada guru dan gurunya diam saja, maka bacaan salah itu akan dirasa benar oleh murid, dan salah merasa benar itulah bibit dari salah kaprah. Maka agar ini tidak terus menerus terjadi dalam bacaan Al-Qur’an, maka harus waspada setiap ada anak baca salah tegur langsung, jangan menunggu sampai bacaan berhenti. Kewaspadaan inilah cara satu-satunya memberatas salah kaprah itu. Keberhasilan guru mengajar tertil dan fashih adalah tergantug pada peka atau tidaknya guru mendengar anak baca salah.
7.    Driil (bisa karena biasa)
Metode drill banyak tersirat pada buku Qiroati, adapun yang secara khusus menggunakan metode ini adalah pada pelajaran : Ghorib Ilmu Tajwid, dan Hafalan-hafalan Biarpun tanpa ada kewajiban menghafal di rumah, InsyaAllah dengan metode drill ini semua pelajaran hafalan akan hafal dengan sendirinya. Selain metode diatas agar proses belajar mengajar sesuai dengan apa yang diharapkan, maka harus memakai strategi mengajar. Dalam mengajar al-qur’an dikenal beberapa macam strategi.

No comments:

Post a Comment