A.
Langkah-Langkah Penerapan Metode Qiroati
Adapun langkah-langkah
dalam penerapan metode Qiro’ati meliputi:
1. Praktis Artinya : langsung (tidak dieja)
Contoh : أَ بَ baca, A-BA (bukan Alif fathah A, Ba fathah
BA), dan dibaca pendek. Jangan di baca panjang Aa Baa, atau Aa Ba atau, A Baa
2. Sederhana
Artinya : kalimat yang dipakai
menerangkan diusahakan sederhana asal dapat difahami, cukup memperhatikan
bentuk hurufnya saja, jangan menggunakan keterangan yang teoritis/devinitif.
Cukup katakan : Perhatikan ini! بَ Bunyinya = BA Cukup katakan : Perhatikan
titiknya !. ini BA, ini TA, dan ini TSA. Dalam mengajarkan pelajaran gandeng,
jangan mengatakan : “ini huruf didepan, ditengah atau dibelakang”, contohnya
seperti : م – مَ / ه – ه Cukup katakan : semua sama bunyinya, bentuknya memang
macam-macam
Yang penting dalam mengajarkan
Qiroaty adalah bagaimana anak biasa membaca dengan benar. Bukan masalah
otak-atik tulisan, oleh karena itu disini tidak diterangkan tentang huruf yang
bisa di gandeng dan yang tidak. Sederhana saja!
3.
Sedikit Demi Sedikit, Tidak
Menambah Sebelum Bisa Lancar
Mengajar Qiroati tidak boleh
terburu-buru, ajarkan sedikit demi sedikit asal benar, jangan menambah
pelajaran baru sebelum bisa dengan lancar, bacaan terputus-putus. Guru yang
kelewat toleransi terhadap anak degan mengabaikan disiplin petunjuk ini
akibatnya akan berantakan, sebab pelajaran yang tertumpuk dibelakang menjadi
beban bagi anak, ia justru bingung dan kehilangan gairah belajar. Jika disuruh
mengulang dari awal jelas tidak mungkin, ia akan malu, dan akhirnya ia akan
enggan pergi belajar. Guru yang disiplin dalam menaikkan pelajaran hasilnya
akan menyenangkan anak itu senduiri, semakin tinggi jilidnya semakin senang,
karena ia yakin akan kemampuannya, dan insyaallah akan tambah semangat menuntaskan
pelajarannya. Disiplin ini memang mengundang reaksi besar baik dari santri
maupun dari wali santri, oleh karenanya guru dituntut dapat berpegang teguh,
tidak kehilangan cara dengan mengorbankan disiplin tersebut. Disinilah perlu
adanya seni mengajar itu.
4.
Merangsang Murid Untuk Saling
Berpacu
Setelah kita semua tau mengajarkan
Qiroati tidak boleh menambah pelajaran baru sebelum bisa membaca dengan benar
dan cepat, maka cara yang tepat adalah menciptakan suasana kompetisi dan
persaingan sehat dalam kelas, cara ini insya Allah akan memacu semangat dan
mencerdaskan anak. KH. Daahlan telah merintis agar terjadi suasana ini dalam
sekolah dengan terbaginya buku Qiroati dalam bentuk berjilid, karena secara
otomatis setiap anak naik jilid semangat dan gairah ikut kembali baru pula.
Kenaikan kelas sebaikya diadakan beberapa bulan sekali dengan menggunakan standar
pencapaian pelajaran Qiroati, karena dengan demikian anak yang tertinggal dalam
kelas akan malu dengan sendirinya.
5. Tidak Menuntun Untuk Membaca
Seorang
guru cukup menerangkan dan membaca berulang-ulang pokok bahasan pada setiap
babnya sampai anak mampu membaca sendiri tanpa dituntun latihan di bawahnya.
Metode ini bertujuan agar anak faham terhadap pelajarannya, tidak sekedar
hafal. Karena itu guru ketika mengetes kemampuan anak boleh dengan cara
melompat-lompat, tidak urut mengikuti baris tulisan yang ada. Apabila dengan
sangat terpaksa guru harus dengan menuntun, maka dibolehkan dalam batas 1
sampai 2 kata saja. Metode ini pada awal dekade 1980 an, oleh kalangan
pendidikan dikenal dengan istilah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif).
6. Waspada Terhadap Bacaan Yang Salah
Anak
lupa terhadap pelajaran yang lalu itu soal biasa dan wajar, anak lupa dan guru
diam itulah yang tidak wajar. Terlalu sering anak membaca salah saat ada guru
dan gurunya diam saja, maka bacaan salah itu akan dirasa benar oleh murid, dan
salah merasa benar itulah bibit dari salah kaprah. Maka agar ini tidak terus
menerus terjadi dalam bacaan Al-Qur’an, maka harus waspada setiap ada anak baca
salah tegur langsung, jangan menunggu sampai bacaan berhenti. Kewaspadaan
inilah cara satu-satunya memberatas salah kaprah itu. Keberhasilan guru
mengajar tertil dan fashih adalah tergantug pada peka atau tidaknya guru
mendengar anak baca salah.
7. Driil (bisa karena biasa)
Metode drill banyak tersirat pada buku Qiroati, adapun yang secara
khusus menggunakan metode ini adalah pada pelajaran : Ghorib Ilmu Tajwid, dan
Hafalan-hafalan Biarpun tanpa ada kewajiban menghafal di rumah, InsyaAllah dengan
metode drill ini semua pelajaran hafalan akan hafal dengan sendirinya. Selain metode diatas agar proses belajar
mengajar sesuai dengan apa yang diharapkan, maka harus memakai strategi
mengajar. Dalam mengajar al-qur’an dikenal beberapa macam strategi.
No comments:
Post a Comment